Blogroll

Jumat, 27 Mei 2011

BERAWAL DARI PROSES...

Posted on 12.14 by KLJI Semarang

Ada yang pernah mendengar tentang kamera tanpa lensa? Istilah ini sudahmuncul  beberapa tahun belakangan ini dan kembali menjadi sebuah tren di kalangan pecinta fotografi. Kamera yang digunakan untuk memotret itu memang bebas lensa. Sebagai pengganti fungsi lensa, bagian tengah kamera buatan itu harus dilubangi dengan jarum. That’s why kamera tanpa lensa sering dikenal juga dengan istilah kamera lubang jarum.
Ray Bachtiar Drajat (fotografer) adalah orang pertama yang mencoba menyebarluaskan wawasan tentang kamera tanpa lensa lewat sebuah workshop yang diadakan pada 17 Agustus 2002 di Lembang, Bandung.

Berawal dari workshop itulah, kurang lebih 6 tahun kemudian sekawanan pecinta fotografi di Semarang menggagas berdirinya Komunitas Lubang Jarum di Indonesia (KLJI)-Semarang. Beberapa orang yang aktif dan selalu menyebarkan virus pinhole adalah Dimas, Obert, dan Julius. Tiga orang  lelaki muda yang sangat menggilai dunia fotografi itu menceritakan perjalanan KLJI Semarang hingga saat ini.

Ada 8 orang waktu itu yang belajar perakitan dan teknik kamera lubang jarum. Lama-kelamaan agak vacuum, tapi ada Saya, Dimas, dan Obert yang masih terus menyebarkan lewat workshop, blog, dan kini ke jejaring sosial dan media,kata Julius,Anggota KLJI-Semarang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Sabtu, (21/05/11) .

untuk itu kini KLJ SEMARANG(embrio)  merupakan wadah bagi semua usia dan jenis kelamin yang tertarik dan mau belajar mengenai apa itu Kamera Lubang Jarum ( KLJ ) serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disini kita pengen menampung hobi temen-temen semua dalam suatu komunitas KLJ yang ada di Semarang.


Proses fotografi dengan kamera tanpa lensa terdiri dari tiga tahap, yakni pembuatan kamera, pemotretan objek, dan pencetakan foto. Untuk membuat kamera bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu memanfaatkan benda yang sudah ada, misal kaleng atau bungkus produk apa pun, dan membuat sendiri kamera tersebut dengan triplek, kardus, atau bahan dasar lainnya sekreatif mungkin tergantung fotografer. Bagian tengah kamera lalu diberi lubang dan ditutup dengan alumunium yang hanya diberi lubang sebesar jarum. Kemudian gunakan lakban hitam sebagai shutter. Setelah itu, kertas foto dimasukkan ke dalam kaleng dan ditutup rapat.

Pada tahap kedua, memotret objek, yang harus diperhatikan adalah semakin besar ukuran lubang, semakin banyak cahaya yang masuk dan semakin cepat lubang dibuka-tutup, semakin tajam pula hasilnya. Melalui lubang yang kecil ini, cahaya akan direfleksikan ke kertas foto dan objek akan terlihat terbalik. Sementara itu, untuk mencetak hasilnya harus dilakukan di kamar gelap tanpa cahaya sedikit pun dan memanfaatkan tiga cairan khusus, yaitu developer, stop bat, dan fixer.

Foto hasil jepretan dengan menggunakan kamera lubang jarum diyakini dapat menjadi suatu media komunikasi kritik sosial. KLJI-Semarang pernah mengadakan pameran dengan tema KAMERA LUBANG JARUM exibition. Hasil pemotretan mereka dapat memperlihatkan apa yang terjadi pada infrastruktur di Semarang . “Jadi, kamera lubang jarum bisa dijadikan sebagai alat propaganda karena foto yang dihasilkan lebih memperlihatkan tekstur tanah yang jauh lebih detail dibandingkan dengan foto hasil olahan digital,”
.
Masih banyak kelebihan lainnya dari kamera tanpa lensa ini, di antaranya zat kimia yang digunakan tidak berbahaya, seperti zat yang digunakan dalam kamera berlensa. Terakhir, sebuah wacana muncul dari seorang psikolog bahwa proses fotografi dengan kamera tanpa lensa ini bisa menjadi sebuah terapi bagi anak yang terkena autis.

Nah, apa sekarang Anda juga tertarik mengenal jenis fotografi yang satu itu? Tak heran jika pinholer Semarang [begitu mereka disapa] begitu mantap mengatakan bahwa “Kamera yang paling hebat di dunia ini adalah kamera rakitan sendiri,”

No Response to "BERAWAL DARI PROSES..."

Leave A Reply